Blog Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Sunday, 27 October 2013

Menanggapi Laporan

Menanggapi Laporan--
Setelah membuat laporan hasil pengamatan (observasi), kamu akan melaporkannya di depan kelas. Teman-teman dari kelompok lain akan memberikan tanggapannya, Nah, dalam menanggapi laporan, kamu harus memerhatikan hal-hal berikut ini.
1. Mempersiapkan diri dengan cara mencari informasi mengenai topik yang akan dibahas.
2. Menyimak laporan yang disampaikan dengan baik.
3. Menyampaikan gagasan atau tanggapan yang baik.
4. Berbicara langsung ke pokok masalah, tidak bertele-tele.
5. Mendengarkan pendapat atau tanggapan peserta yang lain.
6. Menjaga sikap dan emosi agar tidak terlibat dalam perdebatan yang berbelit-belit.
7. Berbicara dengan tutur kata yang sopan dan baik sehingga tidak menyingung perasaan orang lain.

Tips Menulis Laporan

Tips Menulis Laporan--
Sebuah laporan bertujuan menggambarkan konsep, kegiatan, atau sebuah penelitian (observasi). Laporan membahas tentang suatu topik secara detail dan akurat.
Berikut ini hal-hal penting yang harus diperhatikan.
- Pilih topik yang kamu sukai atau yang kamu kuasai karena hal itu akan memudahkamu menulis laporan. Tentukan tujuan penulisan laporan. Dengan demikian, laporan dapat ditulis secara detail dan menarik.
- Begitu topik dan tujuan yang kamu pilih mendapat persetujuan (dari guru), mulai kumpulkan informasi dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, jika bukan laporan observasi, sumber referensi untuk topik tersebut dapat artikel daring (online) yang relevan, buku, majalah, ensiklopedia, dan bahkan jurnal.
- Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, tuliskan ide dasar tentang subjek laporan yang akan kamu tulis (bisa berupa kerangka laporan). Hati-hati dalam memerinci kerangka tulisan atau menuliskan informasi
yang kamu bahas dalam laporanmu secara detail. Informasi yang kamu tuliskan harus akurat dan sesuai dengan keadaan.
- Berikan gambaran dengan menambahkan foto atau tabel atau data-data lain yang mendukung. Perhatikan unsur utama yang kamu bahas. Jangan sampai tulisan jadi bertele-tele.
- Laporan yang kamu tulis harus disertai dengan kutipan yang tepat, sesuai dengan fakta-fakta yang ada. - Berikan argumentasi yang tepat sehingga pembaca dapat memahami hal yang kamu laporkan.
- Gunakan bahasa yang komunikatif dalam laporan yang kamu buat. Hindari penggunaan kata yang membingungkan, kata-kata yang terlalu panjang atau bertele-tele. Setiap paragraf harus diawali dengan kalimat yang menarik dan deskripsi yang kamu tuliskan juga harus sesuai dengan fakta. Setiap satu paragraf dengan paragraf yang lain juga harus saling berhubungan (koheren). Oleh karena itu, gunakanlah kata-kata penghubung antarkalimat, misalnya namun, akan tetapi, dengan demikian, oleh karena itu, berdasarkan hal itu.
- Tuliskan kesimpulan secara tepat dan menarik. Kesimpulan memegang peran penting karena merangkum keseluruhan yang telah kamu sampaikan. Dalam kesimpulan, kamu juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana hal yang kamu laporkan berkaitan dengan subjek yang lebih luas.
- Langkah terakhir adalah mengedit dan merevisi tulisan. Periksa kembali laporan yang kamu tulis. Laporan yang baik harus bebas dari kesalahan tata bahasa, kesalahan ketik, kesalahan ejaan. Selain itu, berhati-hatilah dalam menggunakan kata kerja dan kata penghubung. Pastikan bahwa alur dan bentuk tulisan laporanmu dituliskan secara logis.

Menulis Laporan Hasil Observasi

Menulis Laporan Hasil Observasi--
Laporan dapat dipahami sebagai sebuah karya yang ditulis dengan cara membahas suatu topik secara terperinci atau mendetail. Laporan berisi tentang deskripsi kegiatan yang telah dilakukan atau peristiwa yang pernah dialami. Tulisan laporan berisi susunan sejumlah kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu. Susunan seperti itu disebut susunan kronologis. Biasanya, sebuah laporan bertujuan untuk menggambarkan konsep, acara, atau untuk menempatkan argumentasi yang akurat terhadap sebuah topik.

Laporan dapat diartikan sebagai berita. Oleh karena itu, penyusunan sebuah laporan dapat menggunakan panduan dalam menulis berita seperti yang telah kamu pelajari sebelumnya. Laporan dapat disusun berdasarkan 5 w + 1H (who, where, what, when, why, dan how), yaitu siapa yang teriibat, di mana tempat kejadian, apa peristiwa atau kejadian yang terjadi,kapan terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana kejadiannya.

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau peninjauan terhadap suatu objek. Pengamatan itu dilakukan secara cermat dan teliti. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan dengan objek yang diamati. Kemudian, fakta-fakta tersebut dilaporkan dalam bentuk tulisan. Itulah yang disebut dengan laporan observasi.

Contoh Notulen Rapat OSIS tentang Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Contoh Notulen Rapat OSIS tentang Peringatan Hari Sumpah Pemuda--
Dalam setiap rapat yang dilaksanakan, termasuk rapat OSIS, selalu ada pencatat hasil rapat (notulis). Hal-hal yang ditulisnya disebut dengan notulen. Notulen harus menggunakan bahasa yang komunikatif, artinya singkat, jelas, dan efektif.

Perhatikan contoh notulen berikut:
Rapat Pengurus OSIS tentang Peringatan Sumpah Pemuda
Hari/ Tanggal: Senin, 21 Oktober 2013
Waktu: Pukul 14.00 WITA
Tempat: Ruang Pertemuan
Peserta rapat: Seluruh pengurus OSIS berjumlah 25 orang

Susunan Acara:
l. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan:
a) Kepala Sekolah
b) Pembina OSIS
3. Pembahasan materi rapat dan keputusan
4. Tanya-jawab (Hal yang dirasa perlu)
5. Penutup

6. Jalannya Rapat:
a) Rapat dibuka oleh Ketua OSIS dengan membaca doa.
b) Sambutan dari Kepala Sekolah dan Pembina OSIS yang intinya agar dalam rapat membahas secara mendalam dan rinci tentang rencana peringatan hari Sumpah Pemuda. Rencana lomba harus bersifat edukatif.
Pada waktu pembahasan banyak usulan-usulan dari peserta rapat yang konstruktif untuk dijadikan bahan keputusan rapat. Akhirnya peserta rapat menyepakati pelaksanaan peringatan hari Sumpah Pemuda

7. Hasil Rapat:
a) Peserta rapat menyetujui diadakan peringatan hai Sumpah Pemuda dengan lomba-lomba.
Lomba dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2013.
Jenis lomba: lomba pidato dan baca puisi tema kepemudaan.
Setiap juara akan mendapatkan trofi dan hadiah.
b) Panitia pelaksana adalah pengurus OSIS Seksi Bidang Organisasi dan Kesenian
Tanjung, 21 Oktober 2013
Notulis
Mayda Safira

Penggunaan Tanda Baca (Pungtuasi)

Penggunaan Tanda Baca (Pungtuasi)--
Dalam Bahasa Indonesia terdapat banyak tanda baca (pungtuasi). Misalnya tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda hubung (-) dan masih banyak lagi. Tanda-tanda baca itu harus dipergunakan dengan tepat dalam pembuatan kalimat. Pada kesempatan ini kita akan membahas tanda koma (,) dan tanda kutip ("...")

Perhatikan kutipan kalimat berikut:
Sebenarnya negeri ini adalah gudangnya obat tradisional untuk melawan encok, ngilu, nyeri, pegal, atau linu.
Tanda koma dalam kalimat tersebut dipergunakan untuk memisahkan suatu rincian, seperti: encok, ngilu, nyeri, pegal, atau linu.

Perhatikan pula contoh kalimat lain berikut:
Pusat Penelitian Tanaman Obat Tradisional Universitas Gajah Mada (PPOT-UGM) Yogyakarta, misalnya, menyoroti tanaman anti rematik sejak tahun 1988.
Tanda koma pada sebelum dan sesudah kata "misalnya" berfungsi sebagai keterangan tambahan (aposisi).
Lain halnya dengan tanda kutip ("..."). Tanda kutip dipergunakan untuk mengapit kutipan langsung.
Misalnya:
- "Jamu ini tidak punya efek samping", kata Budiono Santoso.
- "Banyak yang tertipu dan mengira jamu tersebut betul-betul manjur", kata Suwijiyo.
Di samping itu, tanda kutip dapat dipergunakan untuk mengapit judul karangan/ puisi yang dituliskan dalam kalimat.
Contoh:
- Perjuangan saya diilhami oleh puisi "Karawang Bekasi".
- Pernyataan itu dikutip dari artikel berjudul "Industri obat Tradisional".

Makna Denotasi dan Konotasi

Makna Denotasi dan Konotasi--
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan apa adanya yang dikandung oleh sebuah kata secara objektif.
Contoh:
- Orang tuanya membangun rumah.
- Anak itu nyaris tenggelam di sungai.
Kata "rumah" dan "nyaris" dalam kalimat itu bermakna apa adanya yaitu tempat tinggal dan sesuatu yang hampir terjadi.
Lain halnya dengan makna konotasi. Makna konotasi adalah makna tambahan dari makna harfiah/apa adanya dari sebuah kata. Penafsiran makna konotasi ini bergantung konteks kalimatnya.
Contoh:
- Hilangnya barang-barang itu sisebabkan oleh sulitnya memberantas tikus-tikus pelabuhan.
- Kasihan, ia sekarang menjadi sampah masyarakat.
Dalam kalimat tersebut tikus-tikus pelabuhan tidak dapat diartikan tikus
yang berada di pelabuhan, tetapi diartikan pemeras/koruptor; sampah masyarakat diartikan sebagai orang yang tak berguna/ pengangguran.

Cara Menceritakan Kembali Dongeng yang Dibaca/ Didengar

Cara Menceritakan Kembali Dongeng yang Dibaca/ Didengar--
Dongeng memang sangat menarik untuk didengarkan dan dibacakan. Selain itu, dongeng juga menarik untuk diceritakan kembali baik secara tertulis maupun lisan. Meskipun diceritakan berkali-kali, pendengar tidak akan pernah bosan mendengarkan dongeng. Di kelas 7, kamu akan berlatih menceritakan kembali dongeng yang telah dibacakan. Bagaimana caranya?
Berikut cara/ langkah-langkah menceritakan kembali dongeng yang dibaca dengan baik.

1. Dengarkan atau baca dongeng dengan saksama dari awal sampai akhir, jangan membaca melompat-lompat.
2. Catatlah tema, tokoh, sifat tokoh, dan latarnya. Ini akan membantu kamu dalam menceritakan kembali isi dongeng. Saat menceritakan kembali isi dongeng si pencerita harus mengacu pada tema, tokoh, sifat tokoh, dan latar dongeng yang didengarkan atau dibaca tersebut.
3. Catat semua peristiwa (alur) yang terdapat dalam dongeng secara garis besarnya saja.
4. Ceritakan kembali isi dongeng dengan kalimatmu sendiri namun harus sesuai dengan isi dan urutan dongeng yang kamu dengar atau baca. Tokoh dan latar cerita yang kamu ceritakan juga harus sama dengan tokoh dan latar cerit/dongeng yang didengar atau dibaca.

Membedakan Kata Sapaan dengan Kata Acuan

Membedakan Kata Sapaan dengan Kata Acuan--
Kata Sapaan
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini !
1. Silakan duduk, Pak Budi!
2. Dik, tolong ambilkan buku itu!
Kata bercetak miring dalam kedua kalimat tersebut merupakan contoh kata sapaan. Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang yang diajak berbicara atau berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Kata sapaan dapat berupa istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, kakak, atau saudara. Kata sapaan dapat berupa nama jabatan atau pangkat, seperti: profesor, dokter, suster, atau kapten.

Aturan penulisan kata sapaan:
1. Huruf awal kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Yah,kami berangkat ke sekolah!
Silakan masuk, Bu!

2.Apabila diikuti nama diri, sapaan dapat disingkat atau ditulis lengkap.
Contoh:
Silakan menikmati hidangan ini, Bu Siti!
Silakan menikmati hidangan ini, Ibu Siti!

3.Bentuk sapaan singkat dapat dipakai jika tidak disertai nama diri.
Contoh:
Sebenarnya adik saya ini sakit apa, Dok?
Kak, sebaiknya kita lewat jalan itu!

4. Bentuk sapaan ditulis dengan diikuti atau diawali tanda koma.
Contoh:
Bu, kapan kita menengok nenek?
Apakah saya boleh membelibuku ini, Pak?

Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut!
1. Yang terhormat Kepala SMP Nusantara, kami mohon untuk memberi sambutan.
2. Yang mulia Sultan Hamengku Buwono meresmikan monumen ini.
3. Hadirin yang berbahagia, selamat datang di tempat ini.
4. Anak-anakku yang tercinta, marilah kita panjatkan doa bersama-sama.

Kata-kata bercetak miring pada keempat kalimat tersebut dalam bahasa lndonesia disebut kata sapaan hormat. Kata sapaan hormat tidak perlu diikuti nama orang dan tidak perlu diikuti kata "Bapak/Ibu".

Kata Acuan
Perhatikan pula kedua contoh kalimat-berikut!
1. Bagaimana kabar paman dan bibi di Jakarta?
2. Adik pergi ke rumah temannya sejak tadi pagi.
Kedua kata bercetak miring pada kedua kalimat tersebut disebut kata acuan. Kata acuan dalam kedua
kalimat tersebut digunakan untuk mengacu atau merujuk kepada orang yang dibicarakan. Kata acuan berkaitan pula dengan istilah kekerabatan seperti: bapak, ibu, kakak, saudara, dan nama jabatan serta pangkat, seperti profesor, dokter, atau kapten. Kata acuan yang tidak terdapat pada awal kalimat, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital.

Kata acuan juga biasa digunakan untuk mengacu hal-hal di bawah ini.
a. Sesuatu yang diketahui atau dikenal oleh pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Adisty pergi ke rumah kepala sekolah.
b. Sesuatu yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
Saya membeli bolpoin, Entah di mana bolpoin itu sekarang.

Coba perhatikan kalimat berikut ini!
1. Teman-teman selalu menjuluki Nunik si ratu komik.
2. Doni sering dipanggil si gendut oleh teman-temannya.
Pada kedua kalimat tersebut kata-kata panggilan sama dengan julukan. Seseorang biasanya memiliki kata panggilan atau julukan karena ia mempunyai kelebihan, kekhasan, dan keunikan dalam hal atau bidang tertentu yang membedakannya dengan orang lain. Misalnya, Nunik dalam kalimat (1) mempunyai julukan si ratu komik. Ia mendapat julukan itu karena mempunyai koleksi banyak komik dan mempunyai kegemaran membaca komik. Doni pada kalimat (2) mempunyai panggilan si gendut. Ia mendapat panggilan itu karena Doni bertubuh gendut.

Wednesday, 16 October 2013

Kalimat Sederhana

Kalimat Sederhana--
Perhatikan kalimat berikut:
- Rapat dibuka Ketua Karang Taruna.
Kalimat itu terdiri dari tiga kata/frase, yaitu: rapat, dibuka, dan Ketua Karang Taruna.
Ditinjau dari struktur kalimat, kata:
rapat = subyek
dibuka =predikat
ketua Karang Taruna = obyek
Jadi, kalimat itu terbentuk dari Subyek, Predikat, dan Obyek yang sederhana, maka kalimat tersebut dapat digolongkan kalimat sederhana.
Menurut strukturnya (adanya subyek, predikat, obyek dan keterangan) sebuah kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia memiliki pola:
l) Subyek + Predikat
Contoh:
- Adik makan
- Ayahnya seorang pengacara.
- Rumah itu bagus.
2) Subyek + Predikat + Obyek
Contoh:
- Ibu membaca majalah
- Petani menanam padi.
- Wartawan menulis berita
3) Subyek + Predikat + Obyek + Keterangan
Contoh:
- Pedagang menjual kue di pasar
- Penduduk memperbaiki jalan hari Minggu
- Anak itu mengayam tikar setiap hari

Monday, 14 October 2013

Santun dalam Berdiskusi

Santun dalam Berdiskusi--
Kita sudah pernah membahas teks yang berbentuk tanya jawab atau dialog. Dalam dialog atau tanya jawab terdapat dua pihak atau lebih yang saling berkomunikasi, satu pihak menanyakan sesuatu, pihak lain menjawab pertanyaan, sehingga terjadi arus informasi.
Lain lagi dalam berdikusi. Dalam diskusi pihak-pihak yang terlibat bukan hanya sekadar bertanya jawab, tetapi terjadi interaksi yang lebih mendalam. Interaksi itu dapat berupa menyanggah pendapat, mengusulkan gagasan, menyempurnakan ide atau mencarikan jalan keluar pemecahan. Dalam diskusi terjadi pertukaran pikiran mengenai masalah untuk mendapatkan kesimpulan bersama.

Tujuan berdiskusi adalah untuk mendapatkan kesimpulan bersama. Jadi, dalam diskusi bukan hanya sekadar berdebat yang tidak ada ujung pangkalnya. Oleh karena itu, dalam berdiskusi harus ada santun atau tata cara diskusi.
Santun diskusi diantaranya:
l. harus menghormati pihak lain, tidak boleh menjelekkan pihak lain;
2. penyampaian usulan/gagasan setelah dipersilahkan oleh pemandu diskusi;
3. usulan/sanggahan materi harus berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas; tidak menyinggung perasaan pihak lain; menggunakan bahasa yang baik, benar dan sopan.

Sunday, 6 October 2013

Menulis Pesan Singkat (Memo)

Menulis Pesan Singkat (Memo)--
Dalam keseharian kita, ada kalanya kita
tidak dapat menyampaikan pesan secara langsung kepada orang yang kita kehendaki. Apabila hal ini terjadi kita dapat menulis pesan singkat agar pesan atau informasi yang akan kita sampaikan dapat diterima oleh orang yang kita kehendaki. Di abad digital seperti sekarang, kamu tentu biasa menyampaikan pesan melalui SMS bukan?

Pesan singkat merupakan salah satu bentuk komunikasi yang biasa dilakukan seseorang kepada orang lain, baik di lingkungan suatu organisasi, kantor, atau di lingkungan tempat tinggal kita. Pesan singkat dapat disusun dan disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena berupa pesan singkat, kalimat yang digunakan harus efektif dan santun. Salah satu contoh pesan singkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kedinasan yang sifatnya resmi dan dalam keadaan mendesak adalah memo.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis memo antara lain, dari siapa memo berasal, kepada siapa memo ditujukan, apa isinya, tempat dan tanggal pembuatan memo, jabatan, tanda tangan, dan nama pembuat memo.

Perhatikan contoh memo:

a. Memo resmi/ dinas

Kepada : Kepala Tata Usaha
Dari : Kepala Sekolah
Hal : Surat undangan
Mohon buat secepatnya surat undangan untuk rapat persiapan ulangan umum. Rapat dilaksanakan, tanggal 25 Oktober 2013.

20 Oktober 2013
Raihan Nahdi, M.Pd.

b. Memo pribadi

Untuk: Mayda
Tolong kembalikan buku catatan bahasa lndonesia yang kamu pinjam karena besok ada ulangan. Aku tunggu di rumah ya.
Dari: Memey

Saturday, 5 October 2013

Membaca Perangkat Upacara

Membaca lndah Puisi--
Membaca perangkat upacara sebagaimana yang sering kamu lakukan ketika apel pagi setiap Senin merupakan hal yang menarik perhatian selain penaikan bendera dan vokal/ nyanyian yang bagus. Ketika kamu membaca, peserta upacara termasuk guru dan teman-temanmu akan menyimak cara membacamu. Makin baik, kesan yang baikpun pasti akan kamu dapatkan. Begitu pula sebaliknya, makin jelek, makin jelek pula kesan para peserta lainnya.

Membaca perangkat upacara, seperti UUD 1945, Doa, dan Susunan Upacara, harus dilakukan dengan nyaring. Perhatikan pula pada saat apa kamu harus jeda, memberi tekanan, dan intonasi yang tepat.
Ada baiknya, sebelum bertugas, kamu sudah berlatih membacanya di rumah dengan memberi tanda-tanda. Tanda (I) untuk jeda pengganti tanda koma, tanda (II) untuk hentian pertama, sedangkan tanda (#) untuk perhentian terakhir. Intonasi naik ditandai dengan (/) dan intonasi turun ditandai dengan (\). Selain itu perhatikan pula tanda (panah ke atas) untuk tekanan lembut dan tanda (panah ke bawah) untuk tekanan keras.

Selain jeda, tekanan, dan intonasi, hendaknya juga memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kekuatan suara.
2. Tempo.
3. Volume.

Membaca lndah Puisi

Membaca lndah Puisi--
Membaca puisi pada hakikatnya hampir sama dengan berdeklamasi. Dalam berdeklamasi kita harus menghafal puisi tersebut. Pembacaan.puisi (poetry reading) dikatakan berhasil jika pendengarnya dapat ikut larut dalam puisi yang dibacakan. Untuk itu, kita harus memahami dan menghayati betul puisi yang akan dibacakan.

Membaca puisi dilakukan dengan nyaring disertai gerak dan mimik yang sesuai. Dalam membaca puisi, kamu diharapkan dapat mengekspresikan perasaan atau pesan penyair dalam puisinya. Hal yang pertama kali dilakukan sebelum membaca puisi adalah memberi tanda jeda atau tanda perhentian saat membaca.
Tanda (I) untuk jeda pengganti tanda koma, tanda (II) untuk hentian pertama, sedangkan tanda (#) untuk perhentian terakhir. Intonasi naik ditandai dengan (/) dan intonasi turun ditandai dengan (\). Selain itu perhatikan pula tanda (panah ke atas) untuk tekanan lembut dan tanda (panah ke bawah) untuk tekanan keras.

Selain jeda, tekanan, dan intonasi, hendaknya juga memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kekuatan suara.
2. Ekspresi wajah atau mimik.
3. Gerak tubuh, kinesik, atau gestur.
4. Tempo.
5. Volume.

Dalam membaca puisi, hal yang terpenting adalah memahami puisi secara utuh.

Popular Posts