Film Kolosal "Gunung Emas Almayer", Rilis 6 November 2014
FILM 'Gunung Emas Almayer' bercerita tentang Kaspar Almayar, seorang arkeolog dan pedagang senjata terpandang asal Belanda yang mencari Gunung Emas di Selat Malaka pada abad ke 19. Usahanya kerap dihalangi oleh berbagai tantangan baik dari pedagang Arab (Alex Komang), manuver politik ketua suku adat setempat (El Manik), ancaman tentara Kolonial Inggris dan Bajak laut.
Pangeran Malaka yang tampan bernama Daen Maroola membeli bubuk mesiu dari Almayer. Ketika Daen melihat Nina, putri Almayer, Daenpun jatuh cinta.
Daen mengetahui letak gunung emas yang Almayer inginkan dan ngin membantu Almayer menemukan Gunung Emas tersebut, tetapi Almayer harus membantunya mendapatkan bubuk mesiu yang ia butuhkan.
Almayer pun menyanggupi. Tanpa sepengetahuan Almayer, bubuk mesiu digunakan Daen untuk berperang melawan pasukan penjajah Inggris yang pada saat itu menguasai Malaka. Daenpun dianggap bajak laut pemberontak oleh Inggris dan ditetapkan menjadi buronan.
Film yang diproduksi Media Desa Indonesia rasanya tak sekadar film biasa. Pasalnya, biaya produksi film tersebut menghabiskan biaya USD 5,5 juta atau sekitar Rp 60 miliar. Dijelaskan, properti, setting, dan pengadaan kostum dalam film tersebut yang paling menyedot dana cukup banyak. Maklum saja, film dengan ribuan kru ini juga menggunakan desainer terbaik dari negara luar. Semua habis buat desain perahu. Sewa perahu itu per harinya USD 10 ribu per hari dan itu menelan biaya besar. Kostumnya juga butuh proses mendesain biar terlihat sesuai eranya.
Disutradarai oleh U-Wei Bin Haji Saari dari Malaysia, film ini berlatar belakang 1830-an. Diketahui U-Wei hanya menyutradai satu film dalam sepuluh tahun selama hidupnya.
Itu dilakukannya demi menciptakan sebuah film yang tak biasa. Maka, 'Gunung Emas Almayer' ini juga merupakan karya Masterpiece sang sutradara.
Rumah produksi Media Desa Indonesia pun tidak ingin setengah-setengah dalam memproduksi film 'Gunung Emas Almayer'. Film ini juga bakal didistribusikan hingga ke luar negeri.
Jika tidak ada aral melintang, film yang diadaptasi dari novel era 1800-an karya Joseph Conrad itu bakal diputar di Asia Tenggara dan Kanada.
"Kami memulai di Indonesia terlebih dahulu, tiga minggu kemudian baru ke Malaysia. Setelahnya dirilis ke 10 negara Asean dan Benua Amerika," kata Sam Siregar, produser film 'Gunung Emas Almayer', saat ditemui di Tea Addict, Jakarta Selatan, Rabu (29/10).
Hanya saja khusus untuk pasar internasional, film 'Gunung Emas Almayer' akan terjadi perubahan judul untuk beberapa negara. Sebut saja seperti di Malaysia dimana judul film 'Gunung Emas Almayer' akan berganti menjadi 'Hanyut',
Sementara itu khusus di Benua Amerika dan Kanada, judul 'Gold Mountain' dipilih sebagai pengganti 'Gunung Emas Almayer'. Sam beralasan hal itu merupakan bagian dari strategi demi meraup sukses di pasaran.
"Ini menjadi marketing dari masing-masing negara. Makanya terjadi perubahan judul itu sendiri," ungkap Sam.
Tidak lupa Sam berharap film 'Gunung Emas Almayer' dapat disaksikan banyak penikmat film di Indonesia. "Disini kita menargetkan film 'Gunung Emas Almayer' bisa disaksikan hingga 1,5 juta penonton," ucapnya optimis.
Sutradara U Wei
Produser Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
Pemeran Peter O'Brien, Alex Komang, Rahayu Saraswati, El Manik, Sofia Jane, Diana Danielle, Adi Putra
Studio Media Desa Indonesia
Tanggal rilis 6 November 2014
Durasi 120 Menit
Negara Indonesia
Bahasa Indonesia
wikipedia
tribunnews
Pangeran Malaka yang tampan bernama Daen Maroola membeli bubuk mesiu dari Almayer. Ketika Daen melihat Nina, putri Almayer, Daenpun jatuh cinta.
Daen mengetahui letak gunung emas yang Almayer inginkan dan ngin membantu Almayer menemukan Gunung Emas tersebut, tetapi Almayer harus membantunya mendapatkan bubuk mesiu yang ia butuhkan.
Almayer pun menyanggupi. Tanpa sepengetahuan Almayer, bubuk mesiu digunakan Daen untuk berperang melawan pasukan penjajah Inggris yang pada saat itu menguasai Malaka. Daenpun dianggap bajak laut pemberontak oleh Inggris dan ditetapkan menjadi buronan.
Film yang diproduksi Media Desa Indonesia rasanya tak sekadar film biasa. Pasalnya, biaya produksi film tersebut menghabiskan biaya USD 5,5 juta atau sekitar Rp 60 miliar. Dijelaskan, properti, setting, dan pengadaan kostum dalam film tersebut yang paling menyedot dana cukup banyak. Maklum saja, film dengan ribuan kru ini juga menggunakan desainer terbaik dari negara luar. Semua habis buat desain perahu. Sewa perahu itu per harinya USD 10 ribu per hari dan itu menelan biaya besar. Kostumnya juga butuh proses mendesain biar terlihat sesuai eranya.
Disutradarai oleh U-Wei Bin Haji Saari dari Malaysia, film ini berlatar belakang 1830-an. Diketahui U-Wei hanya menyutradai satu film dalam sepuluh tahun selama hidupnya.
Itu dilakukannya demi menciptakan sebuah film yang tak biasa. Maka, 'Gunung Emas Almayer' ini juga merupakan karya Masterpiece sang sutradara.
Rumah produksi Media Desa Indonesia pun tidak ingin setengah-setengah dalam memproduksi film 'Gunung Emas Almayer'. Film ini juga bakal didistribusikan hingga ke luar negeri.
Jika tidak ada aral melintang, film yang diadaptasi dari novel era 1800-an karya Joseph Conrad itu bakal diputar di Asia Tenggara dan Kanada.
"Kami memulai di Indonesia terlebih dahulu, tiga minggu kemudian baru ke Malaysia. Setelahnya dirilis ke 10 negara Asean dan Benua Amerika," kata Sam Siregar, produser film 'Gunung Emas Almayer', saat ditemui di Tea Addict, Jakarta Selatan, Rabu (29/10).
Hanya saja khusus untuk pasar internasional, film 'Gunung Emas Almayer' akan terjadi perubahan judul untuk beberapa negara. Sebut saja seperti di Malaysia dimana judul film 'Gunung Emas Almayer' akan berganti menjadi 'Hanyut',
Sementara itu khusus di Benua Amerika dan Kanada, judul 'Gold Mountain' dipilih sebagai pengganti 'Gunung Emas Almayer'. Sam beralasan hal itu merupakan bagian dari strategi demi meraup sukses di pasaran.
"Ini menjadi marketing dari masing-masing negara. Makanya terjadi perubahan judul itu sendiri," ungkap Sam.
Tidak lupa Sam berharap film 'Gunung Emas Almayer' dapat disaksikan banyak penikmat film di Indonesia. "Disini kita menargetkan film 'Gunung Emas Almayer' bisa disaksikan hingga 1,5 juta penonton," ucapnya optimis.
Sutradara U Wei
Produser Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
Pemeran Peter O'Brien, Alex Komang, Rahayu Saraswati, El Manik, Sofia Jane, Diana Danielle, Adi Putra
Studio Media Desa Indonesia
Tanggal rilis 6 November 2014
Durasi 120 Menit
Negara Indonesia
Bahasa Indonesia
wikipedia
tribunnews